Kegiatan Belajar 2
METODE PEMBELAJARAN SENI RUPA
A. Pengertian Metode
Penggajaran
Metode pengajaran
membicarakan bagaimana membelajarkan siswa sesuai dengan harapan-harapan dan
mewujudkan perubahan positif. Metode merupakan kegiatan menata dan mengelola
pelaksanaan pengajaran yang efektif yang melibatkan segala bentuk interaksi
antara siswa, guru, dan sumber belajar. Pola ini dapat berupa pengalihan
langsung pengetahuan atau proses-porses
yang berkaitan dengan pengajaran.
Pada kegiatan awal, proses
pembelajaran diasumsikan nihil. Melalui informasi, latihan dan keterampilan
idiharapkan terjadi perubahan peserta didik dalam segala aspek potensi yang
dimilikinya. Untuk itunperlu dilakukan teknik dan strategi pembelajaran yang tepat guna mencapai tujuan yang diharapkan.
Dengan demikian tidak ada satu metode yang baik kecuali bila diguakan sesuai
dengan situasi dan kondisi yang kondusif.
B. Tujuan
Penggunaan Metode
Tujuan metodologi pengajaran adalah untuk merencanakan dan melaksanakan
cara-cara yang efektif untuk mencapai tujuan. Dasar pemilihan metode yang tepat
adalah atau cocok adalah relevansinya dengan tujuan/sasaran yang dirumuskan.
Ketepan memilik dan gunakan metode indikatornya adalah kualitas hasil
pembelajaran siswa dalam prose pembelajarannya.
Pembelajaran seni rupa/kerajinan tangan dapat menggunakan metode metode
yang telah dibahas seperti metode: ceramah, demonstrasi, multimedia, slides,
pameran, belajar partisipasi, diskusi, demonstrasi, tugas/resitasi, training,
kerja kelompok, kerja kreatif, metode global, metode meniru/mencontoh, metode
kritik seni.
C. Jenis
Jenis Metode Pembelajaran Khusus Seni Rupa
Metode pembaljaran yang digunakan
dalam proses pembelajaran sangatlah beragam, namun secara garis besar dari
ragam metode yang ada dibagi menjadi dua, yaitu metode untuk pembelajaran teoretik dan metode untuk pembelajaran
praktek. Hal ini ditegaskan Sukmadinata (2004: 269-270) bahwa meteode
pembelajaran dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu:
1.
Pembelajaran
teori
a)
Pembelajarn
ekspositorik: ceramah, tanya jawab, dan demonstrasi
b)
Pembelajaran
kegiatn kelompok: diskusi, diskusi
panel, kerja kelompok, simulasi, bermain
peran, dan seminar)
c)
Pembelajaran
berbuat (eksperimen, pengamatan, penelitian sederhana, dan pemecahan masalah).
2.
Pembelajaran
praktek
a) Pembelajaran praktek di sekolah
b) Pembelajaran praktek di lingkungan kerja
Metode-metode di atas merupakan metode umum dalam proses pembelajaran.
Selanjutnya dalam kesempatan ini akan dibahas metode khusus dalam pembelajaran
pendidikan seni rupa.
De Francesco (1958:
133-141) membagi Metode mengajar
pendidikan seni rupa menjadi:
1.
Pengajaran Langsung (Directed
Teaching)
2.
Ekspresi bebas (Free
Expession)
3.
Pengjaran Inti (Core
Teaching)
4.
Pengajaran berkorelasi (Correlated
Teaching)
Pembahasan berikut
merupakan bahasan secara khusus mengenai metode-metode khusus dalam mengajar
pendidikan seni rupa di sekolah, yaitu: metode Ekspresi Bebas, metode Kerja
Cipta, metode Demonstrasi-Eksperimen, metode Mencontoh, metode Stick
figur, metode Global, dan metode Kerja
Kelompok. Selain itu, pada bagian akhir juga diperkenalkan metode kritik seni
sebagai bekal dalam mengapresiasi karya seni
1. Metode Ekspresi Bebas
Dalam jenjang pendidikan dasar, metode ini
kadang-kadang disalahartikan menjadi “menggambar bebas”, atau “menggambar
sesuka hati”. Guru ada kalanya hanya mengintruksikan kepada anak-anak untuk
melakukan aktivitas tanpa arahan dan tuntunan. Akibat yang terjadi adalah unsur
ekspresi yang menjadi tuntutan dari metode ini terabaikan karena anak sering
menyimpang dari tuntutan menggambar
ekspresi. Jika kondisi di atas dibiarkan begitu saja maka dampak yang terjadi
anak menjadi jenuh dan segan untuk mengikuti mata pelajaran pendidikan seni
rupa. Corak gambar anak menjadi stereotype (bentuknya “begitu-begitu”
saja, tak ada perkembangan). Objek gambar juga tidak banyak bervariasi, pada
umumnya berkutat pada “sawah-gunung-matahari”.
Metode ekspresi bebas pada dasarnya adalah
suatu cara untuk membelajarkan siswa agar dapat mencurahkan isi hatinya dalam
bentuk karya seni rupa. Agar metode ekspresi bebas dapat tercapai secara maksimal, maka perlu
dilakukan:
a.
Tawarkan dan tetapkan beberapa pilihan tema sebagai
perangsang daya cipta.
b. Tetapkan beberapa pilihan media/bahan yang
cocok, misalnya cat air, oil pastel, tinta bak, cat plakat dan sebagainya.
c.
Jelaskan jenis kertas serta alasan pemilihan kertas
tersebut.
d.
Jelaskan bentuk kegiatan menggambar tersebut, apakah
bentuk sketsa atau berbentuk lukisan
Metode Ekspresi Bebas identik dengan metode Ekspresi-Kreatif (Jefferson,
1980) atau Metode Kerja Cipta (Tambrin, 1991: 46).
Jenis metode ini merupakan bentuk lain dari metode menggambar bebas yang
disarankan oleh A.J Suharjo. Metode ini merupakan pengembangan dari pendapat
Victor Lowenfield yang menganjurkan agar setiap guru yang bermaksud mengembangkan
kreasi siswanya untuk bebas berekspresi (free
expression). Dengan cara ini guru menjauhkan diri dari campur tangannya
terhadap aktivitas yang dilakukan siswanya.
Atas dasar tesebut metode ini sering dinamakan Metode Ekspresi-Kreatif.
Proses pelaksanaan metode ini berjalan secara informal dalam dunia
persekolahan. Kehadiran guru memiliki peranan sangat kecil bahkan hampir-hampir
tidak diperlukan. Kondisi ini sangat
berarti bagi siswa yang memiliki motivasi tinggi untuk belajar, namun bagi siswa
yang memiliki motivasi rendah, kondisi ini dapat disalahgunakan untuk
bermain-main. Kini mulai banyak dilakukan di sanggar-sanggar melukis.
Di
sisi lain perlu disadari hakekat pendidikan yaitu “mengubah, membiasakan dan
mengarahkan” prilaku anak ke arah yang positif. Untuk itu tentunya dalam sistem
pendidikan memerlukan sejumlah piranti yang mengatur kegiatan tersebut. Guru
harus senantiasa menegakkan kebebasan yang bertanggung jawab.
Metode
kerja cipta cipta dapat diterapkan dalam kegiatan menggambar dekorasi,
mendisain benda-benda kerajinan, menggambar reklame dan sebagainya. Dalam
pelaksanaannya sebaiknya siswa ditunjang doleh keterampilan-keterampilan dasar
dan menengah, karena keterampilan mencipta merupakan tingkat keterampilan mencipta merupakan tingkat keterampilan lanjut yang matang (complex
adaptive skill).
Langkah-langkah
kegiatan metode kerja cipta sebagai
berikut:
a.
Guru memberikan pengarahan yang berfokus pada kedudukan
konsep dalam proses kelahiran suatu karya.
b.
Siswa mencoba menuangkan suatu konsep pada disain gambar
dekorasi, reklame atau barang-barang kerajinan yang akan dibuat.
c. Selam proses percobaan berjalan, guru
menganjurkan agar sumbang saran antarsiswa terjadi.
d. Guru memberi sumbang saran, petunjuk dan
pengarahan mengenai konsep yang dikemukakannya serta memberi petunjuk dan jalan
bagi para siswa yang mengalami hambatan.
e. Selam proses kerja mencipta berlangsung,
keterampilan-keteramoilan dasar dan menengah sudah harus betul-betul dikuasai
sehingga proses kerja mencipta tidak terdapat hambatan.
2.
Metode
Demonstrasi-eksperimen.
Demonstrasi adalah kegiatan
guru/instruktur memperagakan proses pembuatan suatu benda kerajinan. Misalnya
cara memahat. Guru memperlihatkan cara memegang pahat, cara membuat pahatan
lurus dan lengkung pada kayu, cara finishing, dsb. Murid memperhatikan.
Eksperimen adalah siswa mencoba sendiri setelah memperhatikan suatu proses
pengerjaan yang didemonstrasikan guru. Prinsip belajar: dengar/lihat, kerjakan, periksa.
3. Metode Mencontoh
Metode mencontoh merupakan metode tertua terutama dalam seni kerajinan.
Tiga abad sebelum tarih Masehi, di
Yunani telah dipergunakan metode ini.
Hingga sekarang keahadiran metode ini masih tetap populer dalam lapangan
pendidikan sebagai mertode untuk menyampaikan berbagai jenis kegiatan
kesenirupaan terutama jenis kegiatan motorik.
Metode ini banyak dilakukan di pusat-pusat pembelajaran seni zaman dahulu. Para cantrik (pemagang) biasanya
dilatih para empu (guru) untuk meniru hasil karya gurunya. Semakin mendekati
kualitas kerja gurunya, semakin berhasil para cantrik itu di dalam belajarnya.
Dalam kursus-kursus melukis pun masih dijumpai penerapkan cara ini. Untuk
belajar keterampilan motorik, cara ini dapat dilakukan.
Secara teori penerimaan
penggunaan metode mencontoh ini didasarkan pada beberapa hal, yaitu:
a. Secara naluri, anak-anak belajar dengan
cara mencontoh;
b.
Mencontoh merupakan pekerjaan mudah serta ringan untuk
dilakukan karena kurang menuntut keterlibatan rasa dan intelek.
c. Mencontoh dalam latihan
kerja praktek kesenirupaan melibatkan
aktivitas mata. Karena itu
indra mata mendapat latihan yang pada gilirannya dapat mempertajam pengamatan.
d.
Karena
model yang dicontoh pada umumnya dalam keadaan diam dan tidak diubah-ubah
bentuknya, maka kegiatan mencontoh dapat dilakukan secara berulang-ulang dalam
kondisi yang sama. Dengan demikian latihan dapat menjadi efektif untuk tujuan meniru benda
dimaksud.
Pihak yang menolak metode mencontoh memiliki argumen bahwa:
a. Mencontoh, apalagi dilaksanakan oleh orang
lain dan dilakukan dengan berilang-ulang akan berakibat muncul rasa bosan,
tidak menarik dan pada gilirannya akan menimbulkan rasa benci terhadap
pelajaran yang diberikan.
b. Kebiasaan mencontoh akan menghilangkan
kepercayaan dan tidak mengembangkan
keberanian untuk mengemukakan pendapat dan akan mematikan kreasi.
c. Benda-benda duplikasi hasil mencontoh
merupakan benda-benda usang yang tidak mempunyai daya tarik konsumen sehingga
nialai komersialnya rendah.
d. Kemampuan mencontoh tidak sanggup membawa
tantangan masyarakat yang selalu berubah.
Berdasaarkan
kedua pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya metode
mencontoh memiliki manfaat yang tinggi dalam meningkatkakan kemampuan motorik,
sedangkan keterampilan mental dan kreasi tidak memiliki apa-apa. Dengan
demikian, nampaknya penggunaan metode ini bersifat kondisional.
Baberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
penggunaan metode mencontoh, diantaranya:
1. Metode mencontoh baik
digunakan apabila ditujukan untuk:
a) latihan dasar keterampilan fisik;
b) memperoleh bentuk yang sama walaupun ukurannya
diperbesar atau diperkecil;
c) memproduksi benda tradisional;
d) Memahami proporsi dan
anatomi yang tepat dari benda yang akan ditiru;
2. Kegiatan mencontoh harus memiliki makna
bagi proses belajar sisea;
3. Mencontoh tidak dijadikan kebiasaan;
4. Untuk memberikan daya tarik kepada siswa,
model yang akan ditiru sebaiknya dipilih sendiri oleh siswa;
5. Seyogyanya secara berangsur-angsur apa yang
dilakukan oleh siswa berubah dari membuat duplikasi tepat menjadi modifikasi
model yang dicontoh.
Yang termasuk jenis jenis metode mencontoh
adalah:
a. Menjiplak dengan bantuan
kertas karbon.
Prisnip pengerajaannya adalah memindahkan gambar semirip mungkin dari
sebuah gambar pada sebuah selembar kertas ke kertas yang lainnya. Jumlahnya
bisa banyak sesuai dengan kemampuan alat yang digunakan tersebut.
b. Menjiplak dengan bantuan kertas tipis.
Cara ini sebenarnya hampir sama dengan menggunaka karbon, hanya
pengerajaaannya berbeda. Bila menggunakan karbon, gambar aslinya berada di atas
kertas yang lain (kertas yang akan digambari baru), sedangkan bila menggunakan
teknik menjoiplak dengan kertas tipis justru sebaliknya. Kertas yang akan
digambari diletakan di atas kerta yang sudah ada gambarnya.
c. Menjiplak dengan bantuan sinar lampu
Metode iani dilakukan bial gambar yang akan
ditiru terdapat pada kertas yang agak tebal. Penggunaan sinar lampu menjadikan
gambar yang akan ditiru tembus pandang.. Jenis kegiatan ini sering kali
digunakan dalam pelajaran seni grafis misalnya kegiatan menyablon, yaitu pada
waktu menjiplak gambar pada keratas gambar dengan menggunakan kertas kalkir
atau kodaktris.
d. Metode menjiplak dengan
mengghunakan bantuan alat proyektor
Cara ini dilakukan bia kita akan
membuat gambar yang berukuran besar. Untuk itu diperlukan film slide yang
memuat gambar yang akan kita tiru. Cara ini biasanya digunakan oleh para
senirupawan yang berkecimpung dalam dunia reklame, namun dalam lingkungan
pendidikan pun sering digunakan misalanya dengan OHP.
e. Metode mencontoh dengan
bantuan skala garis atau skala berpetak.
Proses pengerjaanya dilakukan
pertama kita harus membuat memperkirakan
berapa perbandingan pembesaran gambar yang akan ditiru. Kemudian Biuatlah
petak-petak sesuai dengan skala yang telah ditetapkan sebelumnya. Pada bagian akhir, kita meniru gambar
keseluruhan dengan cermat.
f. Metode mencontoh dengan menggunakan bantuan
alat pantograph
Penggunaan alat ini selain murah
juga praktis. Penggunaan alat ini dapat memperbesar atau memperkecil gambar, kita tinggal
mengatur posisi skalanya.
g. Metode mencontoh benda secara langsung
Metode mencontoh benda merupakan bagian
dari metode mencontoh yang biasanya diterapakan pada menggambar bentuk
(menggambar benda mati), menggambar model (menggambar manusia) dan membentuk
model. Dari ketiga jenis kegiatan tersebut menuntut kita untuk menggambar dan membentuk
secara visual-ralistis, apa yang kita gambar harus sesuai dengan apa yang kita
lihat.
Tujuan dari metode ini adalah:
1.
Untuk melatih siswa bekerja teliti dalam mengamati model
atau benda yang akan digambar;
2.
Untuk melatih siswa dalam mencari posisi atau sudut
pandang yang baik dari model atau benda yang akan digambar atau dibentuk. Diharapkan memilih suatu yang baik menjadi
kebiasaan sehari-hari;
3.
Dengan
model langsung benda, siswa dihadapkan pada kenyataan yang rasional sehingga
tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan yang irasional dari gambar yang ditiru;
4.
Melatih
kepekaan rasa agar lebih sensitif terhadap keindahan sebab walau bagaimanapun
menggambar benda langsung membutuhkan kepekaan rasa, perhitungan rasa yang
cermat, tepat dan teliti
Pengunaaan metode mencontoh benda langsung
memerlukan keterampilan khusus dalam pengelolaan dan pengorganisasian kelas.
Ada dua piliha, pertama kita bisa menggambar langsung di tempat terbuka (di
luar kelas), kedua kita bisa menggambar langsung di dalam kelas.
Jika kita akan memilih di luar
ruangan kelas, kiat aharus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Jangan memilih tempat
yang telalu jauh dari lokasi kelas atau sekolah , waktu harus digunakan
seefisien mungkin;
2. Oleh karena kegiatan
menggambar tidak dilaksanakan dia atas meja, maka sebaiknya dipersiapkan alas gambar yang cukup
praktis;
3. Pemilihan objek yang akan
digambar bisa ditetapkan satu buah objek secara bersama-sama. Jika lahan yang
digunakan tidak memungkinkan, maka dapat ditentukan beberapa objek benda yang akan
digambar serta menentukan jumlah siswa per kelompok tersebut dengan
memperhatikan tingkat kesulitan yang hampir sama.
Jika kegiatan menggambar langsung
akan dilaksanakan di dalam kelas, teknik pengorganisasian kelasnya dapat
dilakukan dengan cara:
1. Suasana kelas dapat
dibuat menjadi kelompok besar atau dibentuk menjadi keleompok-kelompok kecil.
Jika akan diberlakukan kelompok besar, maka model yang akan digambar cukup
hanya menggunakan satu model saja. Sedangkan jika kelas akan dibuat menjadi
beberapa kelompok, hal yang harus dipersiapakan oleh kita adalah menyiapkan
jumlah modes sesuai dengan jumlah kelompok yang ada dengan memperhitungkan
tingkat kesulitan yang sama dari masing-masing model.
2. Pengaturan tempat duduk
akan tergantung pada situasi dan kondisi kelas. Jika kelas dibuat kelompok besar, maka pengaturan tempat duduk yang
paling efektif adalah dengan posisi setengah lingkaran atau dengan posisi
melingkar. Bila kondisi kelas dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil, maka
pengaturan tempat duduk dapat diatur berbanjar atau posisi sejajar, setengah
lingkaran atau melingkar dalam ukuran yang lebih kecil.
4. Metode Stick figure
Menurut Amir Hamzah
Sulaiman, menyebutkan istilah metode ini adalah metode tongkat. Penggunaan
metode ini biasanya dipakai dalam menggambarkan adegan gerak (action) manusia
atau binatang. Sesuai dengan namanya,
metode ini merupakan mpenyederhanaan bentuk atau wujud manusia tau binatang
menjadi tongkata atau garis patah-patah sesuai dengan lekukan atau patahan pada
persendian manusia atau binatang.
Ketika kita menjelaskan
pemasalahan yang memerlukan sketsa dengan metode tongkat ini, kita perlu
menguasai dan mengenal bentuk dan kaidah anatomis binatang atau manusia. Pada
bagaian mana yang dapat terjadi perubahan gerak. Tentunya untuk mencapai hal
itu kita perlu sering berlatih.
5. Metode Global
Metode global pada
pendidikan seni rupa biasanya digunakan pada awal belajar menggambar bentuk.
Tujuan utama pengunaan metode ini adalah
agar anak dapat menangkap bentuk keseluruhan dari bentuk model yang disediakan
(Garha, 1992).
Secara teknis penggunaan metode global ini dibagi dua, yaitu metode global
dengan teknik silhuet dengan metode global dengan teknik kontur.
Metode global jenis silhuet ditinjau secara teknis dan psikilogis dipandang
lebih mudah dari metode global dengan teknik kontur karena anak diminta untuk
menangkap benda secara keseluruhan dengan mengabaikan bagian bagian detailnya.
Metode global ini nampaknya cocok bagi siwa kelas yang sedang belajar pada
tahap-tahap awal (kelas bawah).Metode global jenis kontur lebih cocok bagi
siswa, mahasiswa atau ahli gambar teknik yang sudah memiliki kemampuan motorik.
Secara teknis metode ini penggambar dituntut untuk menangkap benda serara
global dan menyederhanakannya dalam bentuk gambar-gambar dasar (geometris) yang
dibuat dengan goresan garis. Selanjutnya gambar yang sederhana itu kemudian
dikembangakan untuk disempurnakan
menjadi bentuk benda yang kompleks (detail)
6. Metode Kerja Kelompok
Jika metode ekspresi
bebas atau kerja cipta pada bagian depan membahas kaitannya dengan aktivitas
individual, maka metode kerja kelompok menekankan pada aspek sosial.
Ada dua macam
metode kerja kelompok, yaitu:
a) Metode Group Work (Kerja Kelompok
Jenis Paduan);
Dalam
kegiatan ini para siswa bekerjasama untuk menyelesaikan sketsa sebuah gambar
besar yang sebelumnya telah dirancang oleh seorang temannya yang bertindak
sebagai ketua kelompok sekaligus sebagai desainer. Dalam metode jenis ini jumlah anggota biasa genap
atau ganjil. Pembagian tusgas berikutnya adalah sebagai
berikut:
-
Setelah
siswa terbentuk menjadi sebuah kelompok, anggota kelompok menunjuk salah
seorang anggotanya yang memiliki kemampuan menggambar untuk merandang gambar
yang akan dibuat;
-
Setelah
sketnya selesai, ketua kelompok bertugas untuk mengatur serta memberikan
penjelasan tentang tugas anggota kelompoknya; dan
-
Selama
anggota kelompok bekerja ketua tetap mengawasi dan ikut terlibat dalam
menyelesaikan tugasnya.
b)
Metode
Collective Painting (Kerja Kelompok Jenis Kumpulan).
Perbedaaan antara metode kerja kelompok
jenis padauan dengan jenis kumpulan adalah jumlah anggota harus genap dan
pembagian tugas-tugas anggota kelompoknya. Pelaksanaan metode ini adalah:
- Setelah kelompok terbentuk, kertas-kertas
kecil yang ukurannya sama sesuai dengan
banyaknya jumlah anggota kemudian disatukan (direkat sementara dengan solatif);
-
Setelah
kertas terbentuk, ketua kelompok membuat rancangan sket sesuai dengan rendana
gammbar yang disepakati bersama;
-
Kemudiaan
kertas yang sudah digambari tersebut dibagikan kembali kepada anggota kelompok
untuk dikerjakan berdasarkan tugas masing-masing;
- Setelah masing-masing anggota menyelesaikan
tugasnya, kertas kerja mereka kemudian ketua dan angota kelompok menggabungkan
karyanya sesuai denganb rancangan sket
semuala menjadi sebuah gambar yang ukurannya besar;
- Pada bagian tahap akhir, ketua dan anggota
kelompok mengoreksi gambar agar gambar yang dibuat oleh anggota kelompok
menjadin satu kesatuan yang utuh baik goresan garis, bentuk, bidang, warna dan
sebagainya.
Pada saat anak mengerjakan tugasnya, kita
dapat melihat perkembangan sosial setiap anak. Kita dapat mengetahui siapakah
anakl yang banyak menanam saham pekerjaaanya, ide-idenya, bahkan siapakah anak
yang justru mengganggu kelompoknya.
7. Metode-Metode dalam Kritik Seni
Penggunaan metode sangat penting agar para siswa mengerti proses dalam
kritik seni dan membawa mereka ke arah pemahaman dalam kriteria yang
digunakan. Chapman (1978: 80) menyebutkan metode kritik seni dalam
upaya mengembangkan kemampuan dan kepercayaan diri siswa dalam melakukan kritik
seni. Metode-metode tersebut, yaitu: metode induktif, deduktif, emphatik dan
interaktif. Penjelasan singkat berkaitan dari empat metode tersebut terangkum
dari penjelasan Chapman (1978: 80-89),
yaitu:
a. Metode Induktif
Metode ini merupakan metode
yang disukai dalam menilai karya seni.
Pendekatan ini dilakukan dengan cara mengumpulkan bukti-bukti visual yang mirip
dengan teman Sherlock Holmes, Dr. Waston. Langkah-langkah secara umum yang
dikembangkan dengan mengumpulkan hasil pengamatan berupa infentory atau
menghitung elemen visual dalam karya seni, menggambarkan hubungan antara elemen visual yang ada, ketika kita
telah percaya behwa karya yang di bahwas diterima maka kemudian membuat
ringkasan dari kesan dengan kata-kata. Ini penting untuk menghindari reaksi
emosi atau terlalu dini dalam melakuan penilainan karya.
Langkah-langkah yang dapat
ditempuh dalam melaksanakan metode ini adalah:
1. Gambarkan
dasar karakter karya.
2. Gambarkan hubungan antar bagian.
3. Gambarkan wilayah “(tempat) dan
kualitas keseluruhanya.
4. Tafsirkan aspek-aspek
yangdihubungkan dengan pengalaman.
5. Tafsirkan dan ringkas
ide, tema, kualitas ekprsi dari makna dari karya.
6. Evaluasi karya dengan
kriteria kritik dan tunjukkan bukti-bukti untuk mendukung penilian
b. Metode Deduktif
Pendekatan deduktif ini
sering disebut dengan nama pendektan Sherlock Holmes. Dia menjadi terkenal dengan kemampuannya untuk memecahkan
kekeliruan dengan pengembangkan suatu teori yang mengizinkan untuk menarisk suatu kesimpulan.
Orang-orang menganggap
bahwa pendektan deduktif adalah sesuatu yang tidak alamiah (unnatural)
dan bersifat membatasi (restrictive). Mereka berpendapat bahwa jika mengikuti aturan yang berkaitan dengan
fakta-fakta, maka seharusnya mempertahankan jarak antara perasaan individu (personal
feelings) dengan kemampuan intelektual (intellectual performance).
Dalam pertentangan, pendektan dapat
mempertinggi keterlibatan antara pekerjaan seni, secara khusus jika kita mau
untuk meletakkannya sebagai percobaan, untuk dibicarakan, yang memerlukan waktu
banyak dengan standar perbedaan masing-masing. Pendekatan ini juga memberikan peluang bentuk
pembahasan yang dapat membuktikan ketertarikan dan kejelasan tentang karya
seni.
Prosedur yang dikembangkan dalam pendekatan ini dilakukan dengan pemilihan
kriteria untuk menilai (judging) dari sebuah karya seni (kriteria
desain, subjek, material dan fungsi). Langkah-langkah
yang dilakukan dalam pendekatan ini adalah:
1. Tentukan kriteria yang akan digunakan
2. Uji karya seni untuk
mengidentifikasi fakta-fakta yang spesifik
3. Tentukan tingkat (degree) kriteria
yang dipandang pantas.
c. Metode Empatik
Pendekatan ini dilakukan dengan dasar
pemikiran bahwa ketika kita menaruh perhatian (empati) dengan suatu karya seni,
kita dapat menghubungkan perasaan dengan kapasitas nya yang telah hidup dan
bertahan. Kita dapat melihat garis dan dapat merasakan garis tersebut bergerak,
aktif, berirama. Ketika melihat lukisan sebatang pohon, kita merasakan
kesunyian atau memikirkan suatu yang menyedihkan.. Analogi tadi sebagai contoh
yang dapat membantu kita dalam pengalaman seni.
Ada beberapa teknik yang dapat membantu kita dalam mengembangkan rasa empati
dan keterlibatannya ketika kita menilai suatu karya seni, di antaranya:
1. Jangan memandang karya
seni terlalu berlebihan karena dapat melupakan orang yang lebih terlatih pada
bidag seni.
2. Bagaimanapun, untuk memandang kualitas
visual secara murni.
3. Gunakan analogi dan metaphora untuk
menghubungkan untuk menghubungkan apa yang kita lihat dan apa yang kita
rasakan.
4. Gunakan pengalaman dan poengetahuan sendiri
untuk membandingkan apa yang kita lihat dapat dirasakan.
5. Dengan kejegan, jangan takut untuk
meningggalkan satu aspek dari karya, coba untuk memahami mengapa kita menjaga
kembali hal itu.
6. Dengan seluruh
pengertian, dapatkan secara fisik dan imajinasi..
7. Menilai karya jika kita
mau melakukannya.
d. Metode Interaktif
Pendekatan interkatif sama halnya
dengan induktif, hanya tidak suka semata-mata pendekatan deskriptif, hal ini
bermaksud untuk menemukan sampai terjadi
siskusi dan debat secara berkelompok untuk membahas karya seni. Diskusi ini
merupakan dasar dalam pendekatan induktif. Setelah kelompok telah lelah
memperbincangkanya dengan pendekatan deduktif, kemudian beberapa orang mencoba
untuk untuk merumuskan hipotesis tentang arti dari karya seni yang sedang
dibahas.
Meskipun pendekatan ini
memungkinkan untuk melakukan analisis, namun perbedaan wawasan dapat memperkaya
pemahaman bersama. Meskipun demikian, suatu karya seni disebut “bagus” jika hal
tersebut tidak melawan usaha untuk menganalisisnya dan jika pengalaman berkaya
tidak dirusak dengan analisis. Langkah-langkah yang dilakukan dalam
pendekatan ini adalah:
1. Pilihlah moderator dan jelaskan aturan
mainnya
2. Gambarkan seperti banyak orang yang
memungkinkan untuk masuk ke dalam proses
menjelaskan karya (Gunakan kerangka induktif dalam memandu pepenjelasan).
3. Ketika orang kelihatan
untuk keluar dari penjelasan, kemudian panggil hipotesis.
4. Bawa kelompok untuk
mendiskusikan hipotesis sehingga beberapa peserta diskusi memperlihatkan
penafsiran dengan kesepakatan kelompok. Cara ini memungkinkan untuk memahami makna karya seni.
LATIHAN
Untuk
mengetahui pemahaman Anda terhadap materi yang telah dipelajari, silahkan Anda
mengejakan latihan
- Menurut Anda apa yang dimaksud metode dalam pembelajaran seni rupa?
- Sebutkan metode umum dalam pembelajaran serta metode khusus dalampembelajaran seni rupa?
- Jelaskan perbedaan antara metode siluet negatif dan siluet positif.
- Uraikan prinsip-prinsip umum dan prinsip khusus evaluasi dalam pembelajaran seni
RANGKUMAN
Pemilihan metode dalam
proses pembelajaran erat kaitnanya dengan tujuan, materi dan evaluasi. Selain
itu, faktor siswa dan lingkungan belajar
juga merupakan faktor yang menentukan dalam memilih metode yang tepat agar
proses pembelajaran tepat sasaran.
Penggunaan metode banyak dipengaruhi oleh pendekatan yang digunakan. Jenis
metode yang digunakan dalam pembelajaran seni rupa, di antaranya: metode
Ekspresi Bebas, metode Kerja Cipta, metode Demonstrasi-Eksperimen, metode
Mencontoh, metode Stick figur, metode
Global, dan metode Kerja Kelompok. Semua metode yang disebutkan biasanya banyak
digunakan dalam kegiatan praktek. Metode yang sering digunakan dalam penguasaan
konsep adalah metode kritik.
TES FORMATIF 2
Bubuhkanlah tanda silang (X) pada huruf di
muka alternatif jawaban yang paling tepat.
1.
Kegiatan mencontoh sangat tepat diberikan dalam kegiatan ….
a.
a. menggambar ekspresi
b.
b. menggambar perspektif
c.
c. menggambar ilustrasi
d.
d. menggambar dekorasi
2. Untuk menghasilkan
sasaran yang optimal dalam pelaksanaan metode ekspresi bebas, guru dapat
melakukan hal-hal berikut kecuali….
a. Tawarkan dan tetapkan
beberapa pilihan tema sebagai perangsang daya cipta.
b. Tetapkan beberapa pilihan media/bahan yang
cocok
c. Jelaskan bentuk kegiatan
menggambar tersebut, apakah bentuk sketsa atau berbentuk lukisan
d. Bebaskan anak secara
terbuka tanpa diberi arahan dan intruksi
3. Untuk
meningkatkan kebersamaan dan kerjasama bagi anak-anak maka guru dapat
membimbing anak untuk membuat karya yang monumental dengan ukuran besar. Hal ini dapat dilakukan melaui kegiatan
yang menggunakan metode…
a. collective painting
b. work group
c. ekspresi bebas
d. global
4. Metode
kritik seni yang dilakukan dengan menentukan kriteria suatu karya terlebih
dahulu disebut:
a.
Deduktif
b.
Induktif
c.
Interaktif
d.
Empatik
5. Cara memahami karya
dengan merasakan unsur visual pada karya yang diamati termasuk penerapan
metode…
a. Deduktif
b. Induktif
c. Interaktif
d. Empatik
6. Penerapan metode kerja cipta dapat diterapkan pada kegiatan…. Kecuali:
a.
Dekorasi
ruangan
b.
Disain
benda kerajinan
c.
Menggambar reklame
d.
Membuat
lukisan
7.
Kegiatan menggambar bentuk selain menggunakan metode mencontoh langsung,
kegiatan ini juga bisa menggunakan metode… dalam melatih siswa menangkap bentuk
keseluruhan benda secara tepat.
a.
demonstrasi
b.
global
c.
stick
figur
d.
paduan
8.
Perbedaan Antara metoda kerja kelompok dari jenis collective painting
dan metoda kerja kelompok dari jenis group work terdapat pada
...
a. cara kerja dan pembagian tugas kerjanya
b. ide/ gagasannya
c. perangsang daya ciptanya
d. bahan yang digunakannya
9. Manfaat yang diperoleh dengan digunakan
metode interaktif pada kritik seni adalah…
a.
menambah
keberanian siswa dalam berkomunikasi
b.
manambah
kemampuan dalam mengamati karya
c.
menambah kemampuan siswa dalam berkarya
d.
menambah motivasi siswa dalam berkarya.
10. Ada beberapa asumsi yang menerima metode
mencontoh terutama dalam pembelajaran seni rupa, diantaranya, kecuali:
a.
Secara naluri anak-anak belajar dari mencontoh
b.
Mencontoh merupakan
pekerjaan yang ringan karena kurng
melibatkan intelek
c.
Kegiatan mencontoh dalam
keadaan diam, maka kegiatan dapat diulang-ulang.
d.
Kegiatan mencontoh kurang kreatif
DAFTAR PUSTAKA
Chapman, L.H (1978) Approaches to Art In
Education. New York: Harcourt Brace Jovanovich, Inc.
De
Francesco, I. L. (1958). Art Education, Its Means and Ends. New York:
Haper & Brother Publishers.
Kamaril, C. Dkk.
(1999). Pendidikan Seni
Rupa/Kerajinan Tangan. Jakarta: Universitas Terbuka.
Sukmadinata, N.S. (2004) Kurikulum
dan Pembelajaran Kompetensi. Bandung: Kesuma Karya.
Tambrin, Irin. (1991). Metode
Belajar Mengajar Umum dan Khusus Seni Rupa. Bandung: Jurusan Pendidikan
Seni Rupa dan Kerajianan FPBS IKIP Bandung.
0 komentar:
Posting Komentar